Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

PERMISIVISME: LIMBAH YANG MUSTI KITA TELAN

Gambar
Setelah dijajah kita secara fisik oleh bangsa-bangsa barat yang hendak mencuri kekayaan alam serta memperbudak sumber daya manusia, akhirnya mereka pergi juga. Di negeri kita, telah pergi orang-orang barat itu tujuh puluh tiga tahun lampau. Namun, rupanya mereka hilang diri tinggal bau . Jejaknya masih kasat. Cengkeramannya masih mencekik. Tali temalinya masih menggantung leher-leher kita.             Pada semua negeri-negeri yang pernah dijajah oleh bangsa barat, agaknya nasib kita tak jauh-jauh beda. Kita ditinggalkan secara fisik. Tak kita lihat orang-orang berjalan-jalan di pasar-pasar. Tak lagi kita lihat Meneer Meneer diangkut di tandu-tandu, di kereta kuda, di mobil-mobil mahal. Namun hakikatnya mereka masih ada. Masih di sini. Masih berkata kami kuasa adidaya. Sedang kalian kalah dan terjajah . Apa buktinya?             Sejak proses globalisasi digencarkan, seluru...

VIRUS FEMINISME KEPADA KAUM MUSLIMAH

Gambar
Setelah dunia Islam dan negara-negara muslim masuk pada abad modern di mula-mula abad dua puluh, mulailah dimasukkan padanya nilai-nilai barat yang jelas-jelas bertentangan dengan pribadi kaum muslimin itu sendiri. Setelah dicoba hendak disekulerkan negeri-negeri muslim dengan dipisahkan unsur-unsur agama dari kehidupan—politik, hukum, sosial, budaya, dan pendidikan, yang berhasil di sebagian negara dan berhasil setengah hati sebab banyak ditolak di sebagian kalangan di negara lain, hendak pula disurupkan nilai-nilai lain padanya.             Setelah dicoba hendak disekulerkan orang-orang muslim di negeri-negeri muslim agar jangan pula hendak mereka berhukum dan patuh lagi pada ketentuan agamanya, kini cara yang ditempuh musuh-musuh Allah lain lagi. Mereka buka beasiswa besar-besaran ke negeri mereka, mereka undang anak-anak orang Islam supaya belajar di negerinya. Pulang-pulang diharap nanti hendaknya mereka menjadi ‘sarjana I...

TUGAS PARA PENDAKWAH TAK PERNAH USAI

Gambar
Kemarin, datanglah seorang bapak bertanya kepada saya. Agak menyepi juga kami bercerita, sebab mungkin ia malu dan ceritanya agaknya cerita pribadi. “Ustadz, adik bungsu saya telah menikah. Dia duda beranak satu. Menikah pula ia dengan janda beranak satu.” Saya katakan padanya “alhamdulillah. Janda cerai apa, Pak?” Dijawabnya cerai hidup. Termangutlah saya. Disambungnya lagi cerita itu dengan lambat dan hati-hati. “Tapi, iddah istri adik bungsu saya itu baru satu bulan. Bagaimana nikahnya itu, Ustadz?”             Membelalaklah mata saya tak percaya. Terperangah tak menyangka. Bagaimana bisa ada janda cerai hidup yang menikah dalam masa iddah baru satu bulan. Padahal suaminya masih lagi lebih berhak merujuknya daripada laki-laki lain. Sebagaimana yang Allah terangkan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 228. Dalam hati saya makin bergemuruh. Andailah ia ditinggal dalam cerai mati, dikatakan orang “ belum lagi berumput kuburnya sudah pula...

Pendidikan Islam: Benteng Terakhir Kita

Gambar
Suatu bangsa akan dinilai berhasil jika mutu pendidikannya telah mampu mengantarkan orang-orang didikannya menjadi manusia yang maju, beradab, menjunjung nilai-nilai kemanusian dan kemodrenan, memelihara nilai-nilai yang dianggap luhur dan suci. Ia telah menciptakan manusia yang dapat berinteraksi dengan peradaban, telah mampu mengelola dunia, telah lihai dalam memimpin, telah cakap dalam membina masyarakat.             Bagi kita, masyarakat muslim yang bernapas dalam budaya ketimuran, telah jelas rambu-rambu yang boleh dan tidak kita lalui. Agama kita yang luhur telah memberikan tujuan. Dan agama itu pulalah yang menyediakan jalan-jalan menggapainya. Ia memaksa pemeluknya untuk mematuhi kitab aturan. Harus berpegang dalam setiap hidupnya.  Maka hidupnya pun senantiasa terikat oleh aturan-aturan agama. Oleh karenanya, kita pun memahfumi bahwa pendidikan kita haruslah membentuk peserta didik yang berada dalam payung-payun...

Berdamai dengan Pancasila dan Demokrasi

Gambar
Sidang Konstituante 1956 Dalam dua tahun belakangan ini, telah bergejolak negeri nusantara kita. Telah mengawan asap-asap putih bakaran. Telah menderu angin-angin kerisauan. Telah sarat langit-langit dengan cita-cita dan harapan. Orang-orang membuahbibirkannya sebagai tahun-tahun politik. Sebab di tahun-tahun yang bergandengan inilah dipilih melalui demokrasi pejabat-pejabat negara, wakil-wakil rakyat, serta pemimpin pucuk di tingkat kota dan provinsi. Setahun yang akan datang, tibalah kita di puncak pesta pora demokrasi itu. Ianya ialah pemilihan pemimpin pucuk tertinggi: Presiden Republik.             Dalam temperatur suhu-suhu rawan itu, bermunculan lah para calon pemimpin umat. Orang-orang yang berasal dari rakyat. Yang sama strata dan kedudukannya. Yang ditunjuk untuk mengayomi umat sekaliannya. Beberapa dari mereka adalah perwakilan suara umat yang murni, jujur, luhur, dan bersih. Yang bersetia sedia mengemban amanah...