[BENARKAH PARA HABAIB/BA'ALAWY/SAYID/KETURUNAN RASULULLAH DIKIRIM BELANDA DARI HADHRAMAUT KE INDONESIA UNTUK MEMECAH BELAH DAN MELANGGENGKAN KEKUASAAN KOLONIAL DI INDONESIA?] ... Belakangan ini, isu-isu mempertanyakan nasab para habaib di Indonesia yang dituding tidak orisinil (baca: terputus) menjadi semakin panas dan membakar. Tuduhan-tuduhan tidak masuk akal mulai bermunculan belakangan: Habaib adalah keturunan Yahudi, Habaib adalah komunis, sampai habaib adalah antek-antek Belanda yang diimport langsung dari Yaman untuk melanggengkan kekuasaan kolonial di Indonesia. . Is that true? . Paling tidak, saya sarankan, sebelum menuduh para ba'alawy itu agen belanda untuk mengacak-acak Indonesia, baca dulu keempat buku ini: -Mencari Identitas karya Hub de Jong, Kekacauan dan Kerusuhan; Islam, Kolonialisme, dan Zaman Modern di Hindia Belanda karya Nico J Kaptein, serta Muhammadinisme karya orientalis mumpuni, Snouck Hurgronje. . Paling tidak, sebelum menuduh mereka yang tidak-tida...
Postingan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
[MONARKI KONSTITUSIONAL: JAWABAN ATAS GONJANG-GANJING POLITIK NEGERI] Mayoritas ulama dalam kitab Fiqih Siyasah (Politik) Klasik mensyaratkan beberapa hal supaya seseorang dapat diangkat menjadi Khalifah: berpengetahuan, adil, berkompeten, sehat jasmani dan rohani, dan yang terakhir ... BERASAL DARI BANGSA ARAB SUKU QURAISY. . Dalam Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun mencantumkan alasan utama kenapa "keturunan quraisy" diputuskan menjadi salah satu syarat menjadi Khalifah: suku quraisy adalah suku paling terhormat dan paling dihormati di kalangan bangsa Arab. Apabila kekuasaan dipegang di tangan suku quraisy, dapat dipastikan seluruh bangsa Arab tunduk patuh kepada mereka sehingga stabilitas masyarakat dapat lebih terjaga dan gonjang-ganjing politik dapat diatasi. . Masalahnya, dalam model negara nation-state di era modern, syarat terakhir ini amat sangat sulit diterapkan dalam kriteria pemimpin tertinggi satu negara karena TIDAK MUNGKIN menempatkan orang quraisy di setiap negara m...
3 Maret 1924: Mengenang Penghapusan “Khalifah” Perlukah?
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
3 Maret 1924: Mengenang Penghapusan “Khalifah” Perlukah? (Kajian dari sisi sejarah dan sosial) Berita Penghapusan Khalifah di Surat Kabar Pada tanggal 3 Maret pada setiap tahun, ada sebagian orang yang dengan getol, bersemangat, serta dengan narasi yang menyedihkan berusaha membangkitkan dan mengingat-ingat kenangan akan pemakzulan dan penghapusan Khalifah dari muka bumi. Abdul Majid, khalifah terakhir dari Dinasti Turki Utsmani, dimakzulkan oleh pemerintahan republik sekuler Mustafa Kemal Attaturk dan dipaksa hengkang dari Turki serta tidak diizinkan kembali walau hanya mayat. Mantan khalifah itu bahkan dikuburkan di Madinah karena pemerintah Turki tidak mengabulkan permintaan ahli keluarga sang mantan khalifah untuk dimakamkan di tanah kelahirannya. Khalifah Abdul Majid Mustafa Kemal Attaturk Kejatuhan itu selalu diperingati sebagai peristiwa pilu, menyedihkan, dan...
SAYID AHMAD BIN ZAINI DAHLAN DAN SERUAN SAYA KEPADA KAUM MUDA
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Siapakah Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan? 1. Beliau adalah keturunan Nabi Muhammad Saw. dari jalur Hasan. Hal ini terlihat dari gelar di depan namanya. Sayid. Kadang-kadang dipanggil juga Syarif. 2. Beliau adalah Mufti mazhab Syafi’i untuk daerah Makkah, Madinah, dan Tanah Hijaz. Mufti adalah jabatan keagamaan yang ditunjuk oleh pemerintahan yang sah secara “resmi” untuk menangani persoalan fatwa keagamaan. Pada masa itu, Makkah, Madinah dan Tanah Hijaz dikuasai oleh Kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Maka Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan ditunjuk oleh Khalifah Utsmani sebagai ulil amri di Istanbul. 3. Beliau adalah Syaikh al-Haram. Jabatan pengajar tertinggi di Masjidil Haram, Makkah. 4....
Perempuan di Titik Nol
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Tulisan ini saya buat sebagai penghormatan—kalau dapat dikatakan demikian—terakhir saya kepada Nawal El-Sha’dawi, salah satu perempuan paling kontroversi bukan hanya di Mesir atau dunia Arab, tapi juga di seluruh dunia. Pada tanggal 21 Maret lalu, Nawal mengembuskan napas terakhirnya di usia 90 tahun di Mesir. Akhirnya ia pergi menghadap Tuhan. Menariknya, ia pernah mengaku bahwa di usia 6 atau 7 tahun, Nawal pernah menulis surat yang ia tujukan kepada Tuhan tentang keluh kesahnya sebab Tuhan ia nilai tidak adil karena memperlakukan abangnya lebih baik daripada dirinya. Nawal menulis, “dan jika Engkau tidak adil, bagaimana bisa aku mulai percaya kepada-Mu?” Khukhu. Mungkin kini Nawal bisa percaya bahwa Tuhan yang ia cela “tak adil”, “Tuhan laki-laki”, itu ada tanpa punya kesempatan untuk menarik kata-katanya dan meminta maaf. Nawal memang dikenal sebaga...