[BENARKAH PARA HABAIB/BA'ALAWY/SAYID/KETURUNAN RASULULLAH DIKIRIM BELANDA DARI HADHRAMAUT KE INDONESIA UNTUK MEMECAH BELAH DAN MELANGGENGKAN KEKUASAAN KOLONIAL DI INDONESIA?]





...
Belakangan ini, isu-isu mempertanyakan nasab para habaib di Indonesia yang dituding tidak orisinil (baca: terputus) menjadi semakin panas dan membakar. Tuduhan-tuduhan tidak masuk akal mulai bermunculan belakangan: Habaib adalah keturunan Yahudi, Habaib adalah komunis, sampai habaib adalah antek-antek Belanda yang diimport langsung dari Yaman untuk melanggengkan kekuasaan kolonial di Indonesia.
.
Is that true?
.
Paling tidak, saya sarankan, sebelum menuduh para ba'alawy itu agen belanda untuk mengacak-acak Indonesia, baca dulu keempat buku ini: -Mencari Identitas karya Hub de Jong, Kekacauan dan Kerusuhan; Islam, Kolonialisme, dan Zaman Modern di Hindia Belanda karya Nico J Kaptein, serta Muhammadinisme karya orientalis mumpuni, Snouck Hurgronje.



.
Paling tidak, sebelum menuduh mereka yang tidak-tidak sebagai kaki tangan belanda, baca dulu persepsi orang belanda sendiri tentang mereka.
.

Dalam penelitiannya, Hub de Jong menerangkan bahwa para ba'alawy/Sayid/Habaib adalah pihak yang penderitaannya tak jauh beda dengan pribumi pada masa kolonialisme. Gelombang orang-orang Hadrami yang bermigrasi ke Indonesia dibatasi, diperketat, bahkan dilarang pada abad ke-19. Mereka yang tinggal di bawah pemerintah kolonial Belanda harus menempati kampung arab, dijaga oleh seorang Kapitan, dan kalau mereka hendak bepergian, orang Arab ini musti memiliki Surat Izin Jalan yang dikeluarkan oleh Residen. Secara strata sosial, orang Hadhrami memang menempati posisi pada masyarakat kelas 2 (Vreemde Oosterlingen) bersama orang China. Tapi, perlakuannya sungguh berbeda. Sampai-sampai ada frasa Belanda, "lebih baik berurusan dengan 10 orang Cina daripada 1 orang Arab."
...
Orang-orang Ba'alawy juga kerap dicurigai. Gerakan mereka diawasi, dakwah mereka dibuntuti. Mereka kerap disasar sebagai biang kerok kerusuhan dan pemberontakan. Alasannya sederhana: kaum ba'alawy adalah golongan yang dihormati pribumi karena keturunan Nabi Muhammad. Dan posisi mereka sebagai pendakwah sungguh "rawan" mengobarkan hasutan dan ajakan untuk memberontak dari atas panggung ceramah. Apalagi, setelah orang Arab mendirikan Jamiat Kheir, menyusul Rabitah Alawiyah, pemerintah Kolonial semakin kebakaran jenggot.
...
Namun, ketika terjadi sebuah kasus menyangkut hukum atau kepentingan orang ba'alawy,
pemerintah kolonial buang badan. Itu yang terjadi ketika terjadi bentrok antara kaum ba'alawy dengan arab non ba'alawy. Pemerintah kolonial buru-buru mengatakan, "lah ya kok tanya saya. Situ punya urusan ya selesaikan sendiri." Sudah dicurigai, dikucilkan, hampir tidak diurusin, lagi. Mungkin itu juga yang menyebabkan Sayyid Utsman bin Yahya menjadi Mufti Batavia yang dilantik Belanda. Dakwahnya yang terkesan "seirama dengan pemerintah kolonial" jadi kritik. Apalagi saat ia mendoakan kesehatan untuk Ratu Wilhelmina pada ulangtahunnya. Angel rek! Banyak banget yang marah. Tapi? Dakwah Sayyid Utsman tidak diganggu pemerintah kolonial. Dia dibebaskan kesana kemari. Dan karyanya yang puluhan itu dicetak sampai hari ini!!
...

Saat pan-islamisme merebak di seluruh negara muslim, Snouck, yang merupakan penasihat pemerintah kolonial untuk urusan umat Islam, berkali-kali menekankan kepada pemerintah untuk mengawasi kaum ba'alawy. Sebab mereka jadi "makelar" langsung pergerakan muslim pribumi dengan Konsulat Turki Utsmani--kekhalifahan islam--di Batavia, Singapura, dan Jeddah. Sanking kesalnya, Snouck sampai mengatakan ba'alawy itu "ular berbisa".
...
Nah, kalau ada sekelompok orang yang "menggugat" nasab serta gelar habib pada orang-orang ba'alawy hari ini, sebenarnya itu bukan barang baru. Dulu, itulah yang jadi penyebab keretakan hubungan antara orang arab ba'alawy yang dipanggil habib/sayid dengan orang arab bukan ba'alawy. Orang arab bukan ba'alawy menggugat gelar Sayid, ngotot kalau gelar Sayyid itu ga eksklusif dan ga jadi bukti kalau orang yang ada Sayyidnya keturunan Nabi. Orang arab bukan ba'alawy/keturunan Nabi juga boleh pake gelar Sayyid. Waduh! Bentrok lah mereka!
...
Yang menarik begini: saat terjadi bentrok antara kaum arab ba'alawy dan kaum arab nonba'alawy, dua ormas besar islam mengambil posisi bersisian: Nahdhotul Ulama, yang memelihara nilai tradisional kaum tua, memihak ba'alawy dan Rabithoh Alawiyah; Sedang Muhammadiyah, yang memelihara nilai modern, progresif kaum muda, memihak nonba'alawy dan Al-Irsyad. Dan keberpihakan dan kebersebrangan itu masih jadi segregasi sampai hari ini. Coba lihat ya. Terlepas dari manhaj dan aliran yang dipakai oleh dua arus besar ini, da'i dari Robithoh Alawiyah selalu bersikap bersisian dengan da'i Al-Irsyad yang diisi oleh Arab non Habib. Marga-marga Alatas, Aljufri, Shihab, akan "bersaing" dengan marga Bajrei, Basalamah, Bawazier, dll. Oke skip soal itu.
...

Nah, anehnya, beberapa oknum Nahdhotul Ulama hari ini malah bersikap bersisian dengan para habaib dan Robithoh Alawiyah. Seakan-akan mangkir dari jalan pendahulunya. Kok bisa, ya? Faktornya bisa saja banyak. Tapi yang memungkinkan ada beberapa: tidak baca sejarah, ijtihad pemikiran dinamis, atau ... yang paling terakhir ... dan mungkin saja salah ... penyakit hati. Yang manapun, bukankah lebih bijak bila NU mengcounter masalah ini--yang jadi khittah dan jalan pilihan para pendahulunya--daripada mengurus masalah pansus Haji?
..
Kesimpulannya, tuduhan bahwa para habaib adalah antek-antek belanda yang ditugaskan mengacak-acak indonesia itu bullshit, tidak benar, aneh, tidak masuk akal, dan menyalahi jumhur para sejarawan dan peneliti. Bahkan di kalangan peneliti belanda sekalipun. Begini, kalau belanda jahat dan mau menggunakan para ba'alawy untuk memuluskan kepentingannya, tentu dia akan pakai ini orang arab. Paling tidak, kalau ga bisa ditundukkan, difitnah saja pada buku-buku penelitian dan sejarah. Nyatanya? TIDAK, bung! Mungkin begitulah cara Allah menjaga keturunan Nabi. Malah, pemerintah kolonial menggunakan tentara marsose yang isinya prajurit-prajurit bayaran pribumi yang sudah dikristenkan dan dibayar tinggi. Dari suku apa? Ga usah saya sebut. Yang jelas, saat merdeka, sebahagian dari mereka malah ikut majikannya ke Den Haag dan jadi warga negara Belanda sampai hari ini.
..
Nah, sudah sedemikian terang dan patahlah argumen absurd itu. Tapi tetap saja. Hanya hati yang bersih yang mampu melihat kebenaran. Hati yang hitam, penuh kebencian, dan iri hati tentu akan selalu mencari senjata. Bukankah saat hendak tenggelam, seseorang bahkan akan berpegangan kepada rumput? Nah begitulah mereka.
...
Tabee ulun
Yoga A.
Kalimantan Tengah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan di Titik Nol

PROPAGANDA JEPANG

KHAN AGUNG MONGOL (DINASTI YUAN)