SAYID AHMAD BIN ZAINI DAHLAN DAN SERUAN SAYA KEPADA KAUM MUDA
Siapakah Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan?
1. Beliau adalah keturunan Nabi Muhammad Saw. dari jalur Hasan. Hal ini terlihat dari gelar di depan namanya. Sayid. Kadang-kadang dipanggil juga Syarif.
2. Beliau adalah Mufti mazhab Syafi’i untuk daerah Makkah, Madinah, dan Tanah Hijaz. Mufti adalah jabatan keagamaan yang ditunjuk oleh pemerintahan yang sah secara “resmi” untuk menangani persoalan fatwa keagamaan. Pada masa itu, Makkah, Madinah dan Tanah Hijaz dikuasai oleh Kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Maka Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan ditunjuk oleh Khalifah Utsmani sebagai ulil amri di Istanbul.
3. Beliau adalah Syaikh al-Haram. Jabatan pengajar tertinggi di Masjidil Haram, Makkah.
4. Beliau
adalah maha guru untuk ulama-ulama kepulauan nusantara. Diantara murid-murid
beliau adalah:
a.
Syekh Nawawi al-Bantani (Ulama internasional
terkemuka dari Banten, Mufassir, Imam Masjidil Haram)
b.
Syeikh Ahmad Khatib Al-Minkabawi (guru Abdul
Karim Amrullah, ayah Buya Hamka, pendiri Sumatera Thawalib Padang Panjang, Syekh
Sulaiman Rasul, pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiah, Kyai Haji Ahmad Dahlan
pendiri Muhammadiyah, Kyai Hasyim Asy’ari pendiri Nahdhotul ‘Ulama, Syekh Hasan
Maksum Mufti Negeri Deli dan pendiri Al-Jam’iyatul Washliyah, dll).
c.
Syeikh Abdul Wahab Rokan (mursyid tarekat Naqsyabandiyah
di Besilam, Langkat)
d.
Sayid Utsman bin Yahya Al-Batawi (Mufti Agung
Batavia, Jakarta semasa Hindia Belanda)
e.
Syekh Ahmad Yunus Lingga (Lingga, Kepulauan
Riau)
f.
Datuk Haji Ahmad (Ulama Negeri Brunei
Darussalam)
g.
Haji Utsman bin Abdullah Al-Minkabawi (Imam,
Mufti, dan Qadi Kuala Lumpur, wilayah Persekutuan Malaya)
h.
Syekh Muhammad al-Fathani bin Syekh Abdul Qodir
bin Abdurrahman bin Utsman Al-Fathani (Ulama besar Pattani, Thailand Selatan)
i.
Tuan Hussin Kedah (Ulama Kedah, Malaysia)
j.
Dll yang amat banyak
Dari sini kita
dapat mengerti bagaimana mazhab Syafi’i begitu kuat dan kentalnya di wilayah
Nusantara
Setelah kita lihat betapa mulia
sanad keturunan dan keilmuan Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan, maka dapat kuat kita
katakan, amat kecillah, bahkan mustahil, bagi beliau untuk berbohong dan
memfitnah orang atau kelompok lain dalam karya-karyanya. Apa guna bagi beliau
berbohong? Apa untung bagi beliau jika beliau bohong? Sungguh tidak beralasan
dan serampanganlah tuduhan itu kepadanya.
Beliau hidup semasa gerakan
Wahabi yang dipelopori oleh Muhammad bib Abdul Wahab serta dilindungi oleh Amir
Muhammad bin Sa’ud menyebar di jazirah Arab. Beliau menulis sebuah kitab untuk menceritakan
sejarah, kekejaman serta bantahan terhadap gerakan wahabi dengan judul Ad-Durar as-Saniyah fi ar-Radd ‘alaa-Wahabiyyah.
Diantaranya beliau menceritakan bahwa:
1.
Gerakan wahabi ini awal mulanya diperangi oleh “ulil
amri, pemerintahan yang sah” sebagai sebuah gerakan separatis, pemberontak
(bughoh), khawarij yang melawan negara dan Khalifah yang sah.
2.
Gerakan wahabi ini disebarkan kepada penduduk
badui, suku pedalaman Arab, yang sangat awam dengan agama. Setelah dipengaruhi
dan taqlid buta, para pengikutnya menuruti apapun perkataan Muhammad bin Abdul
Wahab. Termasuk memerangi sesama muslim, menghalalkan darah mereka, menjarah
harta dan menculik keluarga perempuannya.
3.
Gerakan ini bercampur dengan muatan politik.
Amir Dar’iyah, Muhammad bin Sa’ud ingin mendirikan sebuah negara dan melepaskan
diri dari Kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Maka dia menggunakan gerakan wahabi
untuk memuluskan jalannya. Bagaimana caranya? Jika Muhammad bin Abdul Wahab
berkata bahwa satu wilayah musyrik (walau penduduknya islam), maka Muhammad bin
Abdulwahab menginvasi wilayah tersebut untuk memperluas kekuasaannya. Fatwa-fatwa
dari Muhammad bin Abdul Wahab adalah legitimasi atas gerakan pemberontakannya.
Pada dewasa ini, banyak kaum
muslimin, terutama dari golongan awam dan anak-anak muda, yang terjerat pada
perangkap ini. Mereka menyerukan jargon-jargon “memurnikan agama, kembali
kepada al-qur’an dan sunnah, menghapus kesyirikan”. Slogan-slogan itu yang
disebut oleh Imam Ali karromallahu wajhahu sebagai kalimatul haq urida bihal bathil. Kata-kata yang benar namun
digunakan untuk hal yang salah. Mereka tersihir dan terpengaruh oleh model
pemahaman agama yang dibawa para pendakwah gerakan ini. Apapun namanya.
Sehingga mereka keluar sebagai output yang telah dicuci otaknya dan dirasuki
jiwanya.
Maka mulailah mereka bertengkar dengan
keluarga, guru dan teman sejawatnya. Mereka tuduh ayah-ibunya pelaku bid’ah,
gurunya musyrik, kawan-kawannya pendosa. Dia menjadi pribadi yang berbeda:
keras kepala, keras hati, dan susah menerima kebenaran. Maka tak jarang orang
berkata kepada orang-orang ini, “alangkah lebih baik jika kau tak ikut
kajian-kajian itu dulu.” Putuslah silaturahim antara mereka dan orang-orang
terdekatnya. Terkucillah ia, sendiri, terasing. Namun dalam keterasingan itupun
dia masih menghibur diri dan menjadikan keterasingan itu sebagai tanda bahwa
yang ia ikuti benar. Apakah benar sebuah kajian dan aliran yang membuat kita
bertengkar dengan ayah ibu kita? Bukankah ibu Sa’ad bin Abi Waqash adalah orang
kafir dan dia tetap berlemah lembut padanya? Apakah ayah-ibu kalian adalah
orang kafir atau lebih kafir daripada ibu Sa’ad hingga kalian menghardiknya?
Sesungguhnya itulah tanda-tanda bahwa mereka malah menjadi orang-orang picik
dan bodoh.
Anak-anak
muda yang dirahmati Allah, kita semua musti berbaik sangka bahwa niat mereka
pada mulanya adalah baik. Mereka ingin berubah menjadi lebih dekat kepada
Allah, lebih dalam mempelajari agama, keluar dari kegelapan menuju cahaya
islam. Mereka ingin menjadi manusia yang berkebajikan dan beramal salih. Tapi
sayangnya banyak dari mereka yang jatuh ke dalam mulut serigala berbulu domba.
Niat mereka yang baik dan tulus dieksploitasi oleh kelompok-kelompok yang tidak
bertanggungjawab. Mengatasnamakan al-qur’an dan sunnah, mereka jadikan
orang-orang ini sebagai mesin pembunuh mental dan perusak bumi. Sayangnya,
mereka sendiri tidak sadar.
Marilah kembali kepada jalan yang benar. Adillah dalam berpikir dan bertindak. Orang-orang muda kita manusia terpelajar. Pasti dapat menimbang dan memilih. Bukalah hati dengan lapang, berpikirlah dengan tenang dan bersih, tiliklah dengan adil dan seimbang. Terimalah kebenaran walau pahit. Sebagaimana mereka memaksakan “kebenaran” versi mereka kepada orang lain dan memaksa hal itu walau susah, mereka pun harus menerima kebenaran yang haqiqi walau susah. Kembalilah kepada Allah dengan cara yang benar, lurus, dan diridhoi.
Ya Allah, berikan kami semua hidayah. Jangan biarkan kami berada dan hilang di gua-gua kesesatan. Bimbing kami kepada cahaya-Mu. Keluarkan kami dari tempat-tempat yang salah dan menyalahkan. Sesungguhnya kepada Engkaulah segala kebenaran terpulang. Dan di tangan-Mu lah buah-buah hidayah terletak. Ya Allah, sayangilah mereka. Tunjuki mereka. Aammiin.
Komentar
Posting Komentar