Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Posisi Turki Utsmani di dunia internasional pada abad ke-16-19 dan kedudukannya terhadap kerajaan-kerajaan Islam lain di seluruh dunia

  Pendahuluan Daulah Utsmaniyah, atau yang lebih populer disebut sebagai Kesultanan Turki Utsmani, atau Khilafah Ustmaniyah, atau Ottoman dalam literatur barat, pernah berdiri sebagai pengayom umat muslim internasional. Ketika Sultan Salim I mengalahkan Khalifah Al-Mutawakkil di Kairo, gelar Khalifah diserahkan kepada wangsa Ustmani, hingga para penguasa selanjutnya memiliki dualisme kekuasaan: Sultan, yang digunakan sebagai penguasa kerajaan Turki. Dan Khalifah, sebagai pemimpin dan pelindung umat muslim di seluruh dunia.             Selama enam ratus tahun sejak kebangkitan dinasti ini di Asia kecil, para utusan dari berbagai dunia—baik dalam bentuk Duta Besar penyerahan upeti atau utusan permintaan legalitas kesultanan di wilayah kecil—berseliweran sepanjang jalur lintas dunia internasional, masuk ke Istana Topkapi untuk berhadapan dengan Sultan. Permintaan akan perlindungan dan jaminan keselamatan kerap dilayangkan ke k...

PANDANGAN SAYA TERHADAP IBUNDA SAYYIDAH AISYAH BINTI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Gambar
                 Belakang hari, orang ramai-ramai bicara soal ibunda kita yang mulia, Sayyidah Aisyah ra. Dibuatkan lagu untuk mengenangnya, diisi baris lirik soal asmaranya dengan baginda Nabi. Orang-orang pun, terutama kaum perempuan, beramai-ramai menggandrungi lagunya. Lebih-lebih kemudian, bermimpi sambil senyam-senyum kalau-kalau mereka bisa berlakon macam ibunda Aisyah. Berkejar-kejar, makan dan minum dengan mesra, tempel pipi dengan pipi, tempat sandar kepala di pahanya. Namun, benarkah ‘hanya’ demikian?                 Mengingat ibunda Aisyah sebatas demikian, dan menempatkannya semata-mata sebagai perlambangan soal cinta, asmara dan hubungan mesra antara suami istri adalah usaha mempersempit jati diri beliau yang mulia. Seolah-olah tak ada yang patut diingat dan dicontoh darinya kecuali lari-lari dan menempel pipi. ...

PENULIS MUSLIM PEREMPUAN, BUDAYA, DAN AGAMA

Gambar
Sudah dua tahun sejak pertama kali saya membaca buku-buku penulis muslim perempuan dunia. Waktu itu di Big Bad Wolf pertama kali saya mendapatkan buku Azar Nafisi: Reading Lolita in Tehran dan Shirin Ebadi: Iran Awakening. Sejak saat itulah perkenalan saya dengan penulis muslim perempuan berlanjut hingga hari ini. Hingga saya mengagumi mereka semua. Mengagumi kekuatan mereka. Oh, tentu saja saya tidak sepakat dengan banyak pemikiran mereka. Tapi, membaca karya perempuan-perempuan ini membuat kita berjalan di tengah masyarakat dan mengendus semua aroma masalah yang terjadi. Khususnya soal perlakuan terhadap perempuan. Melalui buku-buku merekalah saya mengerti bahwa budaya, tafsiran agama yang tidak populer adalah masalah utama perempuan muslim. Saya ingin beri contoh. Pada kasus Fatima Mernissi, perempuan dianggap tercela bila memperoleh pendidikan umum dan menjadi setara dengan pria dalam soal asah otak. Hidup perempuan dikurung di sepetak dinding bernama Harem. Tak dibiarkan ...