PANDANGAN SAYA TERHADAP IBUNDA SAYYIDAH AISYAH BINTI ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Belakang hari, orang ramai-ramai bicara soal ibunda kita yang mulia, Sayyidah Aisyah ra. Dibuatkan lagu untuk mengenangnya, diisi baris lirik soal asmaranya dengan baginda Nabi. Orang-orang pun, terutama kaum perempuan, beramai-ramai menggandrungi lagunya. Lebih-lebih kemudian, bermimpi sambil senyam-senyum kalau-kalau mereka bisa berlakon macam ibunda Aisyah. Berkejar-kejar, makan dan minum dengan mesra, tempel pipi dengan pipi, tempat sandar kepala di pahanya. Namun, benarkah ‘hanya’ demikian? Mengingat ibunda Aisyah sebatas demikian, dan menempatkannya semata-mata sebagai perlambangan soal cinta, asmara dan hubungan mesra antara suami istri adalah usaha mempersempit jati diri beliau yang mulia. Seolah-olah tak ada yang patut diingat dan dicontoh darinya kecuali lari-lari dan menempel pipi. ...